Kamis, 06 November 2014

Untirta Go Internasional, Mengapa Tidak?


            Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, sebuah kampus negeri mungil yang terbilang berusia masih sangat muda, tak jauh berbeda dengan usia provinsi Banten itu sendiri yang terlahir di awal milenium ini. Terlalu dini memang jika menyandingkan Untirta dengan kampus-kampus ternama lainnya di Indonesia seperti UI, ITB maupun UGM yang telah terlebih dahulu eksis dalam pendidikan tinggi di Indonesia. Apalagi jika kita membicarakan Untirta di kancah internasional, sungguh sulit dibayangkan memang. Namun jika kita membicarakan ini 30 tahun mendatang, mungkinkah hal itu terjadi?
            Sebuah visi yang sangat revolusioner sekali jika kita menyongsong Untirta di kancah internasional paling tidak dalam 30 tahun mendatang. Sulit namun bukan berarti hal tersebut tidak mungkin untuk diwujudkan, terlebih jika kita melihat potensi-potensi dari mahasiswa-mahasiswi Untirta yang bisa dibilang cukup membanggakan, sebut saja beberapa diantaranya yang berprestasi dalam menjuarai beberapa lomba karya tulis, cerpen hingga debat di tingkat nasional, bahkan mahasiwa Untirta berhasil mengharumkan nama Indonesia dan menggemakan lagu Indonesia Raya dalam event Sea Games beberapa tahun lalu, itulah mahasiswa Untirta.
            Lantas apa yang harus dibenahi dari kampus kita ini?
            Ada beberapa point penting menurut saya yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas kampus perubahan “Untirta” ini untuk dapat bertaraf internasional. Yang pertama, perlu diadakannya perbaikan fasilitas dan infrastruktur di kampus kita ini. Hal yang sangat mendasar yang perlu kita benahi karena pada realitasnya memang infrastruktur di Untirta ini masih jauh jika dibandingkan dengan kampus-kampus negeri lainnya di Indonesia. Sebut saja misalnya di beberapa ruang perkuliahan saya lihat terdapat AC yang hanya sebagai “accessories” saja, kipas angin yang mati, hingga infokus yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu peningkatan kecepatan internet dengan koneksi Wifi juga sangat diperlukan jika benar-benar ingin membenahi kampus dengan standar internasional, janganlah fasilitas Wifi kampus hanya sebagai formalitas saja dengan kecepatan koneksi yang seadanya, untuk dapat bertaraf internasional paling tidak kecepatan internet minimal 15 Mbps dengan koneksi Wifi.
            Lalu kita tengok sedikit keluar, lapangan parkir yang sangat terbatas hingga tak jarang menghalangi jalan bagi para pejalan kaki. Kemudian kita lihat lagi didepan gerbang kampus yang akan memberikan kesan pertama bagi siapapun yang pertama kali berkunjung ke Untirta. Hiruk-pikuk dari lalu lalang kendaraan yang lewat tak ubahnya seperti kloning dari Terminal Pakupatan yang memang terletak berdampingan dengan kampus ini. Langkah pembenahan memang sudah dicanang-canangkan sejak lama oleh para petinggi dikampus kita. Yang paling fenomenal yaitu proyek translokasi kampus Untirta Serang menuju Sindang Sari yang memakan anggaran hingga trilyunan rupiah. Ya kita harapkan saja semoga proyek ini bisa berjalan maksimal dan bebas dari unsur-unsur korupsi dan sebagainya sehingga ini bisa menjadi langkah awal menuju perubahan kampus Untirta yang lebih baik lagi.
            Yang kedua yaitu peningkatan kualitas tenaga pengajar. Fokus pada kualitas dosen. Faktor terbesar terhadap sukses tidaknya pendidikan adalah guru/dosen. Karena dari dosen, mahasiswa bisa mendapatkan ilmu pengetahuan, pendidikan akhlaq dan suri tauladan. Percuma bila membuat kurikulum sebagus apapun jika dosen tidak bisa menyampaikannya dengan maksimal kepada mahasiswanya. Kita perlu mempersiapkan dosen-dosen yang berkualitas. Tapi jika kita lihat realitasnya, masih banyak dosen di Untirta yang kurang berkompeten, sebut saja dosen yang tidak mengajar dan hanya memberikan tugas atau bahkan hanya memberikan absensi saja bagi mahasiswanya karena target 14 kali pertemuan harus terpenuhi sebagai syarat agar mahasiswanya bisa mengikuti UAS dan tanpa diadakannya perkuliahan di hari pengganti, ironis jika kita menilik posisi dosen tersebut berada di sebuah kampus negeri. Mari kita lirik dunia pendidikan di negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia. Finlandia, Negara di wilayah Eropa Timur ini memiliki kualitas pendidikan nomor satu di dunia. Lalu apa kuncinya? Ternyata kuncinya terletak pada kualitas guru/dosen. Meskipun gaji mereka tidak terlalu besar namun profesi ini sangat dihargai. Dosen-dosen di Finlandia adalah dosen-dosen dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Tingkat persaingan lebih ketat dibandingkan masuk ke fakultas bergengsi lain seperti fakultas hukum atau kedokteran. Bandingkan dengan Indonesia yang guru-guru dan dosen-dosennya hanya memiliki kualitas seadanya dan merupakan hasil didikan perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula. Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan pelatihan guru yang berkualitas, tak salah jika mereka menjadi dosen-dosen dengan kualitas luar biasa. Dan untuk dapat bertaraf internasional, jumlah dosen yang bergelar doktor (lulusan S3) di Untirta minimal harus lebih dari 75%.
            Yang ketiga, pembenahan sistem pendidikan. Untuk yang satu ini memang seharusnya lebih ditujukan kepada pemerintah, namun ada baiknya juga jika Untirta turut mempelopori sistem pendidikan seperti yang diterapkan di Finlandia. Disana kurikulum dan kompetensi pendidikan tidak terlalu menekankan mahasiswanya, metode pengajaran yang lebih santai dengan diskusi-diskusi pun lebih diutamakan daripada penyampaian materi satu arah dengan metode ceramah seperti yang diterapkan di Indonesia. Dengan kualifikasi dan kompetensi tersebut para dosen bebas untuk menggunakan metode kuliah apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi mahasiswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan test itulah yang menghancurkan tujuan belajar mahasiswa. “Terlalu banyak test membuat guru cenderung mengajar siswa hanya untuk lolos ujian”, ungkap seorang guru di Finlandia. Maka tak jarang hal ini justru menanamkan perilaku curang mahasiswa yang hanya mementingkan untuk mendapatkan nilai yang bagus sehingga menghasilkan karakter mahasiswa yang hanya berkedok nilai tapi kualitasnya nol. Bayangkan jika orang-orang seperti inilah yang akan memimpin negara kita nantinya, perilaku kecurangan merupakan hal yang lumrah dilakukan  di masa pendidikan mereka sehingga generasi pemerintahan seperti apakah yang akan memimpin Indonesia nantinya? Banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian. Disinilah pentingnya penerapan pendidikan karakter perlu ditanamkan dalam diri setiap mahasiswa, bukan nilai yang dikejar tapi kualitas diri mahasiswa itulah yang paling utama sehingga nantinya akan banyak terlahir para lulusan sarjana yang berkualitas dan berkompeten dari Untirta. Kehebatan dan keberhasilan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi dosen yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi. “Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa”, kata seorang guru, “Maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya”. Itu benar-benar ucapan guru yang sangat bertanggungjawab.

            Itulah tiga komponen penting yang perlu kita benahi untuk menyongsong Untirta menuju kancah internasioal. Mulai dari pembenahan fasilitas dan infrastruktur yang kita harapkan dari proyek Sindang Sari inilah tonggak awal menuju perubahan wajah Untirta sebagai kampus yang lebih bergengsi dan berkompeten. Lalu perbaikan mutu dan kualitas dosen juga tak kalah penting, “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Itulah peribahasa yang memfilosofikan bahwa guru/dosen adalah panutan bagi setiap murid-muridnya. Dosen yang berkualitas maka akan menghasilkan mahasiswa yang berkualitas pula. Kemudian perbaikan sistem pendidikan. Ada baiknya jika kita menduplikasi sistem pendidikan seperti di Finlandia yang telah terbukti berhasil dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dengan sistem pendidikan yang terbaik di dunia. Dan tidak bisa instan memang untuk melakukan revolusi besar seperti itu, bertahap dan terus konsisten adalah kuncinya. Sehingga kita harapkan di 30 tahun mendatang Untirta akan turut andil dalam mewarnai persaingan perguruan tinggi di tingkat internasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar