Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, sebuah kampus negeri
mungil yang terbilang berusia masih sangat muda, tak jauh berbeda dengan usia
provinsi Banten itu sendiri yang terlahir di awal milenium ini. Terlalu dini memang
jika menyandingkan Untirta dengan kampus-kampus ternama lainnya di Indonesia
seperti UI, ITB maupun UGM yang telah terlebih dahulu eksis dalam pendidikan
tinggi di Indonesia. Apalagi jika kita membicarakan Untirta di kancah internasional,
sungguh sulit dibayangkan memang. Namun jika kita membicarakan ini 30 tahun
mendatang, mungkinkah hal itu terjadi?
Sebuah visi yang sangat revolusioner sekali jika kita
menyongsong Untirta di kancah internasional paling tidak dalam 30 tahun
mendatang. Sulit namun bukan berarti hal tersebut tidak mungkin untuk
diwujudkan, terlebih jika kita melihat potensi-potensi dari mahasiswa-mahasiswi
Untirta yang bisa dibilang cukup membanggakan, sebut saja beberapa diantaranya
yang berprestasi dalam menjuarai beberapa lomba karya tulis, cerpen hingga
debat di tingkat nasional, bahkan mahasiwa Untirta berhasil mengharumkan nama
Indonesia dan menggemakan lagu Indonesia Raya dalam event Sea Games beberapa
tahun lalu, itulah mahasiswa Untirta.
Lantas apa yang harus dibenahi dari kampus kita ini?
Ada beberapa point penting menurut
saya yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas kampus perubahan
“Untirta” ini untuk dapat bertaraf internasional. Yang pertama, perlu
diadakannya perbaikan fasilitas dan infrastruktur di kampus kita ini. Hal yang
sangat mendasar yang perlu kita benahi karena pada realitasnya memang
infrastruktur di Untirta ini masih jauh jika dibandingkan dengan kampus-kampus
negeri lainnya di Indonesia. Sebut saja misalnya di beberapa ruang perkuliahan
saya lihat terdapat AC yang hanya sebagai “accessories” saja, kipas angin yang
mati, hingga infokus yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu
peningkatan kecepatan internet dengan koneksi Wifi juga sangat diperlukan jika
benar-benar ingin membenahi kampus dengan standar internasional, janganlah
fasilitas Wifi kampus hanya sebagai formalitas saja dengan kecepatan koneksi
yang seadanya, untuk dapat bertaraf internasional paling tidak kecepatan
internet minimal 15 Mbps dengan koneksi Wifi.
Lalu kita tengok sedikit keluar,
lapangan parkir yang sangat terbatas hingga tak jarang menghalangi jalan bagi
para pejalan kaki. Kemudian kita lihat lagi didepan gerbang kampus yang akan
memberikan kesan pertama bagi siapapun yang pertama kali berkunjung ke Untirta.
Hiruk-pikuk dari lalu lalang kendaraan yang lewat tak ubahnya seperti kloning
dari Terminal Pakupatan yang memang terletak berdampingan dengan kampus ini. Langkah
pembenahan memang sudah dicanang-canangkan sejak lama oleh para petinggi
dikampus kita. Yang paling fenomenal yaitu proyek translokasi kampus Untirta
Serang menuju Sindang Sari yang memakan anggaran hingga trilyunan rupiah. Ya
kita harapkan saja semoga proyek ini bisa berjalan maksimal dan bebas dari
unsur-unsur korupsi dan sebagainya sehingga ini bisa menjadi langkah awal
menuju perubahan kampus Untirta yang lebih baik lagi.
Yang
kedua yaitu peningkatan kualitas tenaga pengajar. Fokus pada kualitas dosen.
Faktor terbesar terhadap sukses tidaknya pendidikan adalah guru/dosen. Karena
dari dosen, mahasiswa bisa mendapatkan ilmu pengetahuan, pendidikan akhlaq dan
suri tauladan. Percuma bila membuat kurikulum sebagus apapun jika dosen tidak
bisa menyampaikannya dengan maksimal kepada mahasiswanya. Kita perlu
mempersiapkan dosen-dosen yang berkualitas. Tapi jika kita lihat realitasnya,
masih banyak dosen di Untirta yang kurang berkompeten, sebut saja dosen yang
tidak mengajar dan hanya memberikan tugas atau bahkan hanya memberikan absensi
saja bagi mahasiswanya karena target 14 kali pertemuan harus terpenuhi sebagai
syarat agar mahasiswanya bisa mengikuti UAS dan tanpa diadakannya perkuliahan
di hari pengganti, ironis jika kita menilik posisi dosen tersebut berada di
sebuah kampus negeri. Mari kita lirik dunia pendidikan di negara dengan
kualitas pendidikan terbaik di dunia. Finlandia, Negara di wilayah Eropa Timur
ini memiliki kualitas pendidikan nomor satu di dunia. Lalu apa kuncinya?
Ternyata kuncinya terletak pada kualitas guru/dosen. Meskipun gaji mereka tidak
terlalu besar namun profesi ini sangat dihargai. Dosen-dosen di Finlandia
adalah dosen-dosen
dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Lulusan sekolah menengah
terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah
pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Tingkat persaingan
lebih ketat dibandingkan masuk ke fakultas bergengsi lain seperti fakultas
hukum atau kedokteran. Bandingkan dengan Indonesia yang guru-guru dan
dosen-dosennya hanya memiliki kualitas seadanya dan merupakan hasil didikan
perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula. Dengan kualitas mahasiswa yang
baik dan pendidikan pelatihan guru yang berkualitas, tak salah jika mereka
menjadi dosen-dosen dengan kualitas luar biasa. Dan untuk dapat bertaraf
internasional, jumlah
dosen yang bergelar doktor (lulusan S3) di Untirta minimal harus lebih dari
75%.
Yang
ketiga, pembenahan sistem pendidikan. Untuk yang satu ini memang seharusnya
lebih ditujukan kepada pemerintah, namun ada baiknya juga jika Untirta turut
mempelopori sistem pendidikan seperti yang diterapkan di Finlandia. Disana
kurikulum dan kompetensi pendidikan tidak terlalu menekankan mahasiswanya,
metode pengajaran yang lebih santai dengan diskusi-diskusi pun lebih diutamakan
daripada penyampaian materi satu arah dengan metode ceramah seperti yang
diterapkan di Indonesia. Dengan kualifikasi dan kompetensi tersebut para dosen
bebas untuk menggunakan metode kuliah apapun yang mereka suka, dengan kurikulum
yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika
negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi mahasiswa merupakan
bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru percaya
bahwa ujian dan test itulah yang menghancurkan tujuan belajar mahasiswa. “Terlalu
banyak test membuat guru cenderung mengajar siswa hanya untuk lolos ujian”,
ungkap seorang guru di Finlandia. Maka tak jarang hal ini justru menanamkan
perilaku curang mahasiswa yang hanya mementingkan untuk mendapatkan nilai yang
bagus sehingga menghasilkan karakter mahasiswa yang hanya berkedok nilai tapi
kualitasnya nol. Bayangkan jika orang-orang seperti inilah yang akan memimpin
negara kita nantinya, perilaku kecurangan merupakan hal yang lumrah
dilakukan di masa pendidikan mereka
sehingga generasi pemerintahan seperti apakah yang akan memimpin Indonesia
nantinya? Banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian. Disinilah
pentingnya penerapan pendidikan karakter perlu ditanamkan dalam diri setiap
mahasiswa, bukan nilai yang dikejar tapi kualitas diri mahasiswa itulah yang
paling utama sehingga nantinya akan banyak terlahir para lulusan sarjana yang
berkualitas dan berkompeten dari Untirta. Kehebatan dan keberhasilan sistem
pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi dosen yang tinggi,
kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab
pribadi. “Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa”, kata seorang guru, “Maka
itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya”. Itu benar-benar
ucapan guru yang sangat bertanggungjawab.
Itulah
tiga komponen penting yang perlu kita benahi untuk menyongsong Untirta menuju
kancah internasioal. Mulai dari pembenahan fasilitas dan infrastruktur yang
kita harapkan dari proyek Sindang Sari inilah tonggak awal menuju perubahan wajah
Untirta sebagai kampus yang lebih bergengsi dan berkompeten. Lalu perbaikan
mutu dan kualitas dosen juga tak kalah penting, “Guru kencing berdiri, murid
kencing berlari”. Itulah peribahasa yang memfilosofikan bahwa guru/dosen adalah
panutan bagi setiap murid-muridnya. Dosen yang berkualitas maka akan
menghasilkan mahasiswa yang berkualitas pula. Kemudian perbaikan sistem
pendidikan. Ada baiknya jika kita menduplikasi sistem pendidikan seperti di
Finlandia yang telah terbukti berhasil dalam menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas dengan sistem pendidikan yang terbaik di dunia. Dan tidak bisa
instan memang untuk melakukan revolusi besar seperti itu, bertahap dan terus
konsisten adalah kuncinya. Sehingga kita harapkan di 30 tahun mendatang Untirta
akan turut andil dalam mewarnai persaingan perguruan tinggi di tingkat
internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar